Sabtu, 18 Mei 2013

Sahabat




Sahabatku adalah tetesan embun pagi
yang jatuh membasahi kegersangan hati
hingga mampu menyuburkan seluruh taman sanubari
dalam kesejukan

Sahabatku adalah bintang gemintang malam di angkasa raya
yang menemani kesendirian rembulan yang berduka
hingga mampu menerangi gulita semesta
dalam kebersamaan

Sahabatku adalah pohon rindang dengan seribu dahan
yang memayungi dari terik matahari yang tak tertahankan
hingga mampu memberikan keteduhan
dalam kedamaian

Wahai angin pengembara
kabarkanlah kepadaku tentang dirinya

Sahabatku adalah kumpulan mata air dari telaga suci
yang jernih mengalir tiada henti
hingga mampu menghapuskan rasa dahaga diri
dalam kesegaran

Sahabatku adalah derasnya hujan yang turun
yang menyirami setiap jengkal bumi yang berdebu menahun
hingga mampu membersihkan mahkota bunga dan dedaun
dalam kesucian

Sahabatku adalah untaian intan permata
yang berkilau indah sebagai anugerah tiada tara
hingga mampu menebar pesona jiwa
dalam keindahan

Wahai burung duta suara
ceritakanlah kepadaku tentang kehadirannya

Banting Tulang Seorang  Ayah Tiri

Ayah kandungku meninggal karena paru-paru stadium akhir saat aku berusia 6 tahun.

Beliau juga meninggalkan ibu serta adik kecilku, sejak saat itu kehidupan keluargaku sangat sulit. Setiap hari ibuku bekerja membanting tulang bekerja menjual makanan-makanan kecil keliling sekitar kampungku.

Saat aku berusia 7 tahun, ibu menikah dengan seorang lelaki dan ibu menyuruh kami memanggilnya dengan sebutan ayah. Lelaki itu ayah tiriku. Ayah tiriku adalah seorang yang pendiam dia sangat rajin membantu ibuku bekerja menjual makanan-makanan kecil. Ia juga perhatian dengan aku serta adikku.

Suatu hari ayah mendapat tawaran kerja dipekantoran menjadi manager, aku tidak menyangka ayah tiriku bisa kerja dipekantoran. Saat itulah ayah tiriku mulai membeli rumah mewah untuk tempat tinggal keluargaku. Aku sangat senang sekali karena aku bisa tinggal dirumah yang ku impikan selama ini. Aku sangat berterima kasih sekali terhadap tuhan yang maha esa karena telah memberiku ayah tiri yang sangat baik.

Keesokan harinya, ayah menyekolahkan aku disebuah sekolah yang sangat bagus menurutku sesampainya disekolah ada seorang anak kecil yang sedang kelaparan aku sangat kasihan sekali melihatnya lalu tak lama kemudian ayah membeli makanan kecil untuk anak kecil itu, dan anak kecil itupun meninggalkan ayah serta aku.

Setibanya aku bersama ayah tibu dirumah ibuku kelihatan khawatir laluku bertanya..

“Ibu kenapa? Mengapa ibu terlihat khawatir begitu?” Tanyaku.
Lalu ibu menjawab..

“Adikmu nak tadi dia kejang-kejang ibu tidak tahu harus bagaimana”. Jawab ibu

“Ibu tidak usah khawatir ya ada aku serta ayah jadi ibu tenang saja” ucapku…

Tak lama kemudian aku beserta keluargaku pergi kerumah sakit untuk memeriksa keadaan adikku. Sesampainya dirumah sakit ayah membawa adikku keruang dokter, tidak lama kemudian ku lihat dari tempat dudukku muka ayah terlihat sangat sedih.

Lalu ibu bertanya kepada ayahku.. “ayah adik kenapa? Apa yang dideritanya?” Tanya ibu (ibu bertanya dengan muka penasaran)

lalu ayah menjawab “adik menderita penyakit syndrome bu ayah sangat sedih karena penyakit itu tidak ada obatnya dan sudah menyerang saraf otak adik.” Ucap ayah.

Tak kuasa aku menahan isak tangis setalah mendengar ucapan saya ayahku, lalu aku beserta kelurgaku pulang kerumah. Sesampainya dirumah ayah mendapat telfon dari tempat kerjanya kalo kantornya bangkrut dan dengan terpaksa ayah tidak bisa bekerja lagi. 

Lalu keesokan harinya ayah mencari perkerjaan untuk memenuhi kebutuhan hidup kami.

Lalu, ayahku telah pulang dan ia berkata kepada aku beserta ibuku ia telah menjual darahnya. Kepala saya pusing dan tangan saya sangat lemas semua tempat pekerjaan telah menolakku. Lalu sebuah kotak jatuh dari meja rias yang ada didalam kamar ayah.

Ayah.. ayahhh!
Ucapku…

Keesokan harinya aku berlutut didepan kuburan ayah tiri dengan air mata becucuran, aku hanya bisa memukul-mukul onggokan tanah merah yang ada dihadapanku. 

Tetapi biar bagaimana aku pun berteriak, percuma denganku berteriak tak akan memanggil kembali bayangannya. Lalu aku beserta ibuku meninggalkan tempat tanah merah itu dan keesokan harinya aku beserta ibuku mulai berjualan makanan-makanan kecil lagi untuk memenuhi kebutuhan hidup kami dan biaya pengobatan adikku.

Yang kita sebut ayah, belum tentu ayah kandung kita. Siapapun yang mengayomi, melindungi kita dengan ketulusan, ia layak disebut ayah.”


Sabtu, 05 Januari 2013

Gelap

Bintang yg selalu menyinari
indah malam hariku ini
Sunyi yg selalu mengiringi
perjalanan hidupku
Kamu yg disana aku yg disini
sedang dalam cinta yg gelap

Gelap akan cintamu yg tak tertuju padaku
Aku butuh kepastian oleh cintamu
yg selalu menyinari indah cinta itu
bukan yg gelap selalu menyelimuti
buruknya cinta itu

Pahit dan indah

Cinta bahagia akan sedih bersatu
dalam sebuah ikatan cinta
Kamu yg merubah masa laluku
yg pahit menjadi indah
Kamu yg merubah cinta ini
menjadi manis bukan akan pahit

Pahit serasa pergi sekejap dalam hidupku
akan adanya kamu
Indah yaa indah akan kasih sayangmu yg
begitu tulus padaku
Pahit seperti masa laluku yg selalu
meriris hatiku ini
Indah seperti bunga mawar yg indah
seperti wajahmu yg selalu memancarkan
indah cinta itu

Cahaya

Indah akan cinta yg nyata bukan
omong kosong
Indah akan cinta yg tulus bukan
kebohongan
Cinta yang nyata bukanlah cinta yg
selalu dipenuhi omong kosong yg tak berguna
Cinta yang tulus bukanlah cinta yg selalu diisi
setiap langkahnya dengan kebohongan

Kamu yaa kamu yg selalu
memberi cinta yg nyata
Dan kamu pun yg memberi
cahaya yg indah akan cinta yg
tulus dan nyata

Minggu, 16 Desember 2012

Aku Akan Percaya

Aku akan percaya ini cinta
Jika bersamanya di bawah terik matahari
Aku malah merasa teduh

Aku akan percaya ini cinta
Jika terjebak dengannya di tengah serigala
Aku tetap merasa tenang

Aku akan percaya ini cinta
Jika menjauh dari Sang pencipta
Aku merasa takut

Aku akan percaya ini cinta
Jika melihatnya tertawa dengan lepas
Aku sudah merasa cukup

Apa Ku Pernah?

Apa kau sanggup meninggalkanku?
Kau pernah sanggup mencintaiku.

Apa kau perlu membencinku?
Aku pernah kamu perlukan.

Apa kau ingin melupakanku?
Kau pernah aku ingin ingatkan.

Apa kau bangga menghianatiku?
Ku pernah bangga engkau setia.